Kamis, 24 April 2014

asuhan keperawatan anak dengan kwashiokor





 Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita nikmat berupa nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga kami selaku penyusun bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini.
            Kedua kalinya kami menghanturkan shalawat serta salam kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang sehingga kita diberkahi banyak ilmu pengetahuan.
            Pada makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan Anak dengan KWASHIOKOR.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini khususnya bagi anggota-anggota yang saling membantu dalam proses pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga makalah selanjutnya bisa tersusun lebih baik.
                                                                                                      
                                                                                        Padang, 05 Maret  2014
                                                                                Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di negara – negara miskin seperti negara Afrika, Asia, Amerika Latin, termasuk Indonesia banyak terjadi kasus kekurangan gizi terutama terjadi pada masa anak-anak. Hal ini disebabkan karena negara miskin memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Tingkat pengetahuan keluarga tentang nutrisi kurang, perawatan anak yang belum memadai, sifat tahayul terhadap bahan makanan dan kesehatan lingkungan yang buruk.
United Nation Children Fund (UNICEF) mengkategorikan kekurangan gizi sebagai kegawatdaruratan yang tidak kentara “Silent Emergency” (Laily Savitri, 2000)
Pada tahun – tahun terakhir ini bangsa Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit, yaitu terjadinya krisis moneter yang menghantarkan perekomian Indonesia ke titik yang paling rendah. Harga-harga barang naik, rupiah mengalami keterpurukan dan banyaknya pegawai yang diPHK.
Keadaan yang demikian berdampak besar terhadap pola konsumsi makan masyarakat Indonesia akibatnya terjadi penurunan status gizi anak yang salah satu diantaranya di tandai denganpenyakitKwashiorkor.
Di tinjau dari golongan umur, Kwashiorkor sering terjadi pada anak balita. Angka kejadian tertinggi pada umur 1,5 – 2 tahun yaitu saat setelah terjadinya penyapihan sedangkan anak belum mengenal jenis makanan lain.
B. TUJUAN
      1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang penyakit kurang gizi pada anak.
      2. Tujuan Khusus
 Untuk memahami tentang kwashiorkor dan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kwashiorkor.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFENISI
Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein ( Ratna Indrawati, 1994).
Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita). (Ngastiyah,)
            Gejala yang dijumpai pada anak yang menderita kwashiorkor,diantaranya apatis, rambut kepala halus dan jarang, berwarna kemerahan kusam, tidak hitam mengkilat seperti pada anak sehat umumnya, rambut ini sering kali sangat mudah dicabut tanpa rasa sakit oleh penderita. Kemudian mugkin terdapat udema, tetapi tidak selalu gejala ini terdapat,meskipun di anggap bahwa adanya oedema lebih memperkuat diagnosa kwashiorkor. ( Djaeni, 2006 )
                                                       
B. ETIOLOGI  
    Etiologi penyakit kwashiorkor adalah :
a) Diare yang kronik
b) Malabsorbsi protein
c) Sindrom nefrotik
d) Infeksi menahun
e) Luka bakar
f) Penyakit hati.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor adalah menyusui, yaitu ketika ASI digantikan asupan yang tidak adekuat atau tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih, kwashiorkor dapat muncul bahkan ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adaptasi atau ketidaktahuan (kekurangan edukasi) yang menyebabkan penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik.



C.  ANATOMI FISIOLOGI
      https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-EmjqPxCw3m2MkKImeu-I1KHZtsIHyo1pPegks_WU78SJ6XlBHKf4DCp0SCrWNsXgVlQY8QvRmXdcZObHMHKkEYdPK6BC8AxM8R0FozOvoWdqH4PD2iLmctX0N0SxQg6grIjluc6ijBI/s320/9563.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRJLJExCckEFw5cZ4tfHCBidoDVAGbaCVwwkLO-3rfY-dz34aT1NZcPfF5Xyi_-soOkMnsRoBFemWVd5X9oHJKuJ_y2UBqDejYUSiCMvpGQ3ROlW2NZao_lyNmeb0U2zkObPZ-vNgdkzo/s320/Gizi+Buruk2.jpg
1.      Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2.      Lambung                                                         
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
3.      Rektum & Anus                                                  
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
D.  PATOFISIOLOGI
     Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
E. MANIFESTASI KLINIS
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap  lanjut anak menjadi apatus dan koma
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema 
     d) Anoreksia dan diare.
     e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
      f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
F. WOC
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgw6NQ1engb1vz6igf5L8Tdc_Ee31z1jC9BYcFe29IcbLo_1FxCkTiKG4rak8cY5OpXEFuar6gqFGi2JFuENU4lKcLePpiQcsGiq_toDs3auDjVrDAivKvNXXJIaWuDIjUKH1AFI4BIV4/s1600/Untitled.jpg


G. KOMPLIKASI
1. Diare
2. Anemia
3. Gangguan tumbuh kembang
4. Hipokalemia
5. Hipernatremia
6. Shock
7. Koma
8. Cacat
H. PENATALAKSANAAN
   1.   Pemberian terapi (medis )
1.    Bila ada dehidrasi, atasi dahulu.
2.    Perbaiki diit:
      Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori/protein: Modisco I, II, dan III memenuhi syarat-syarat tertentu. Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan (2,5-5-7,5) + glukosa 5%, disusul dengan modisco ½. I, II, III.
3. Vitamin A 100.000-200.000 IU  IM 1 kali.  Vitamin B komplek, C, A, D tetes per oral.
4. Bila perlu beri transfusi sel darah merah padat (‘PRC’) atau plasma.
 5. Pengobatan penyakit penyerta/penyebab. Bila lemah, ada hipotermi, hipertensi dan gangguan  pembekuan darah ada kemungkinan infeksi kuman gram negatif serta endotoksemia. Resiko meningkat bila disertai kekurangan vitamin A.
6.    Terapi gentamicin 6-7,5 mg/kg perhari dibagi 2 kali Amikin 15 mg/kg/hari dibagi 2 kali.
7.    Penyuluhan pada ibu disertai demonstrasi cara membuat modisco.
8.    Kontrol di poliklinik anak.    (Ratna Indrawati, dkk, 1994)
 2. Pemberian perawatan 
  1. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologi tinggi, tinggi  kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
2.  Makanan harus mudah dicerna dan diserap.
3.  Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah.
4.  Penanganan terhadap penyakit penyerta.
 5. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap keluarga.
          (A.H. Markum, 1991)









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
    A. PENGKAJIAN
     I. Identitas
      a. identitas klien       
1. Nama/Nama panggilan :
2. Tempat tgl lahir/usia :
3. Jenis kelamin :
4. A g a m a :        
5. Pendidikan :
6. Alamat :
7. Tgl masuk :
8. Tgl pengkajian :
9. Diagnosa medik :
10. Rencana terapi :
b.  Identitas Orang tua
1. Ayah
      a. N a m a :
b. U s i a :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan/sumber penghasilan :
e. A g a m a :
f. Alamat :
2. Ibu
a. N a m a :
b. U s i a :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan:
e. Agama :
f. Alamat :
3.  identitas saudara kandung
 Nama, usia, hubungan, status kesehatan
 2.  Riwayat Kesehatan
      a.  Keluhan Utama
          Biasanya mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi lemah dan tidak mau maka, BB menurun dll.
     b.  Riwayat kesehatan sekarang
          Biasanya ditanyakan kapan  anak mulai menampakan tanda-tanda penyakit kwashiorkor ini, seperti mulai kapan kulit anak mengelupas, rambut berubah warna, tampak adema seluruh tubuh, diare, dan bagaimana nafsu makan anak.
     c. Riwayat kesehatan dahulu
                     Biasanya ditanyakan apakah anak menderita penyakit ini sampai diopname, penyakit apa dan berapa lama dirawat serta bagaimana pengobatannya.
     d.  Riwayat kesehatan keluarga
         Biasanya ditanyakan apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein.
     e. Riwayat imunisasi
         imunisasi lengkap :
NO
Jenis immunisasi
Waktu pemberian
Reaksi setelah pemberian
1.
BCG


2.
DPT (I,II,III)


3.
Polio (I,II,III,IV)


4.
Campak


5.
Hepatitis


     f. Riwayat tumbuh kembang
      kwarshiorkor akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, karena kondisi gizi buruk merupakan resiko untuk gangguan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Dampak jangka panjang malnutrisi energy protein dapat terjadi apabila pengelolaan yang diberikan kurang memadai atau anak sudah jatuh kedalam MEP berat. Terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat eskstensif,  terjadi retardasi mental dan fisik yang menetap. Damapak jangka panjang ini dipengaruhi juga oleh perubahan – perubahan organ yang bersifat permanen yang terjadi pada anak yang menderita MEP seperti pada jantung, pancreas, hati dan gangguan endokrin yang mempengaruhi anak tersebut.
    g. pola fungsional kesehatan                              
1. Aktifitas, Tanda : Penurunan otot, ekstermitas kusus, otot flaksid, penurunan toleransi aktifitas, jaringan sub kutan tipis dan lembek, cengeng.
         2. Sirkulasi : Tanda : Takikardia, bradikardia.Diaforosis, sianosis.
         3. Eliminasi
           Gejala : Diare atau konstipasi : flatulen berkenaan dengan masukan makanan
           Tanda: Distensi abdomen, ansites, nyeri tekan, fases encer, berlemak atau warna seperti tanah liat
       4. Makanan / cairan
            Gejala :- Penurunan berat badan, tinggi badan
                        - Masalah menelan mengunyah, tersedak atau produksi saliva
                        - Anorexia, mual, muntah, ketidak adekuatan masukan oral
                        - Pemberian ASI ( lamanya
           Tanda :- Penyimpangan berat badan aktual mungkin terjadi karena terjadinya edema, asites,  organomegali, anasarka
                        - Pertumbuhan gigi / ompong
                       - Bising usus menurun, hiperaktif atau tidak ada.
                      - Lidah lembut, pucat, kotor.
                      - Bibir kering, pecah, kemerahan, bengkak, stomatitis
                      - Gusi bengkak / berdarah, carries.
                      - Membran mukosa kering, pucat, merah, bengkak
             5. Neuro sensori Tanda : Letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma. Reflek gagal/menelan mungkin menurun
             6. Pernafasan
                     Tanda :  - Penurunan fungsi pernafasan / peningkatan fungsi pernafasan
                                  - Dipnea, peningkatan produksi sputum.
                                  - Bunyi nafas : Krekers ( defisiensi protein akibat perpindahan cairan ).
              7. Keamanan
                    Gejala : Adanya program terapi
                   Tanda : Rambut mungkin rapuh, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah dicabut.

              8. Penyuluhan / Pembelajaran.
                  Gejala : Kurang pengetahuan nutrisi, keterbatasan sumber finansial / fasilitas dapar menurun.
               9. Sosio Ekonomi
 3.   Pemeriksaan Fisik                   
1. Keadaan umum yang meliputi: kesadaran Composmentis, lemah, rewelkebersihan kurang, berat badan, tinggi badan, nadi, suhu, dan pernapasan.
2. Kepala  : lingkar kepala, warna rambut, UUB sudah menutup atau belum
3. Muka    : sembab karena odema, tampak moonface
Ø  Mata                  : apakah ada ikterus, anemi ataupun infeksi pada mata
Ø  Telinga               : apakah ada tanda-tanda infeksi
Ø  Hidung              : apakah ada sekret, bagaimana pernapasannya,  terpasang sonde
Ø  Mulut                 : Stomatitis, lesi, mukosa bibir, gigi tumbuh
       4. Tenggorokan  :  apakah ada tanda pembesaran tonsil, tanda-tanda peradangan.
       5. Leher     :  apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, kaku kuduk, pembesaran kelenjar limfe.
6. Torax    :  apakah ada lingkar dada, adakah tarikan dinding dada, wheezing, ronchi.
7. Abdomen  :  apakah ada meteorismus, acites, bising usus, apakah ada pembesaran hepar.
8.  Extremitas : 
Ø  Atas   : Lingkar lengan atas, akral hangat, odema
Ø  Bawah : Odema,
4. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan darah
    Pada pemeriksaan darah meliputi albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darah.

2. Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine
3. Uji faal hati
4. EKG
5. X foto paru
       6. Konsul THT : adanya otitis media  
          (Ratna Indrawti, 1994).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak adekuatnya intake nutrisi.
2  Gangguan integritas kulit b/d tidak adekuatnya kandungan makanan yang cukup
4.      Kurangnya  pengetahuan b/d ketidaktahuan intake nutrisi yang adekuat.


C. INTERVENSI KEPERAWATAN                                
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Gangguan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak adekuatnya intake nutrisi.
Kebutuhan nutrisi adekuat

-Nafsu makan baik
- Berat badan meningkat
-Klien menghabiskan porsi makannya
-Klien idak lemas


- Kaji antropometri


- Kaji pola makan klien.
- Berikan intake makan tinggi potein, kalori, mineral, dan vitamin.

- Berikan makanan selingan yang tinggi protein dan kalori


- Timbang berat badan

- Kolaborasi dengan ahli gizi

- Menentukan berat badan, osteometri dan resiko berat berlemak, kurus.
-mengetahui kebiasaan makan klien.
-mempertahankan berat badan, kebutuhan memenuhi metabolic dan meningkatkan penyembuhan
- Membantu mencegah irigasi gastar dan meningkatkan pemesukan dan proses penyembuhan.

- Untuk membentuk diet dan ke efektifan terapi.

- Berguna dalam merencanakan masukan nutrisi dan cairan.

2
Gangguan integritas kulit b/d tidak adekuatnya kandungan makanan yang cukup

Intregitas kulit utuh

- Kulit lembab
- Kulit utuh
- Kulit tampah bersih
- Kulit tidak bersisik
- Tanda-tanda radang (-)

- Kaji keutuhan kulit


- Berikan krim kulit


-Ganti segera pakaian yang lembab atau basah.
- Lakukan kebersihan kulit.
- Deteksi dini dapat meminimalkan terjadinya kerusakan kulit.
- melembabkan dan melindungi permukaan kulit.
-Kelembaban meningkatkan resiko gangguan kulit.
- Kulit yang bersih meminimalkan terjadinya kerusakan kulit.
3
Kurangnya  pengetahuan b/d ketidaktahuan intake nutrisi yang adekuat.

Pengetahuan orang tua dan klien bertambah
-Anak berpartisipasi dalam proses pengobatan.
-Orang tua mengetahui jenis makanan yang banyak mengandung protein, kalori, vitamin dan mineral
-Anak/keluarga mengetahui manfaat masing-masing kandungan makanan
- Ajarkan orng tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.


-
Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat,







- Jelaskan kondisi yang terkait dalam malnutrisi






- Anjurkan ibu untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat.

-Peningkatan pengetahuan akan pentingnya  makanan nutrisi yang adekuat untuk kesehatan.
-Meningkatkan penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi. dan Memberikan kesempatan untuk mengobservasi pemulihan.
- Pemahaman tentang malnutrisi meningkatkan kewaspadaan terjadinya malnutrisi dan memahami kebutuhan terapi khusus.
- Masukan nutrisi dapat meningkatkan produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si anak.
D. IMPLEMENTASI
                       Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan.
E. EVALUASI
     Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan kwashiorkor dapat teratasi.






BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita). (Ngastiyah,)
            Gejala yang dijumpai pada anak yang menderita kwashiorkor,diantaranya apatis, rambut kepala halus dan jarang, berwarna kemerahan kusam, tidak hitam mengkilat seperti pada anak sehat umumnya, rambut ini sering kali sangat mudah dicabut tanpa rasa sakit oleh penderita. Kemudian mugkin terdapat udema, tetapi tidak selalu gejala ini terdapat,meskipun di anggap bahwa adanya oedema lebih memperkuat diagnosa kwashiorkor. ( Djaeni, 2006 )
Asupan makanan harus selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan juga tidak berlebihan sehingga menyebabkan obesitas. Juga, karena makanan yang berbeda mengandung proporsi protein, karbohidrat, dan lemak yang berbeda-beda, maka keseimbangan yang wajar juga harus dipertahankan di antara semua jenis makanan ini sehingga semua segmen sistem metabolisme tubuh dapat dipasok dengan bahan yang dibutuhkan.

B. SARAN
     Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit kwashiorkor . Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.









DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC.
 Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, EGC.


Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Wong. Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing,Fourth Edition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis Missouri.
Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada kwashiorkor . Disitasi dari http://www.mediakeperawatan.com/?id=budixtbn. pada tanggal 26 Oktober 2010.